KEMUKJIZATAN ILMIAH AL QURAN

KEMUKJIZATAN ILMIAH AL QURAN




Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Ganjil

Mata Kuliah ”I'JAZUL QUR AN"

Dosen Pengampu H. Habib S.Ag





OLEH:

Adriyanto : 05110051

Alek Mustholih : 05110112

Hari Kustanto : 05110044


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2008

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Qur'an bukanlah suatu kitab ilmiah sebagaimana halnya kitab-kitab ilmiah yang dikenal selama ini. Salah satu hal yang membuktikan kebenaran pernyataan tersebut adalah sikap Al Quran terhadap pertanyaan oleh para sahabat nabi tentang keadaan bulan, dalam surat Al Baqarah : 189: "mereka bertanya tentang keadaan bulan". Menurut ayat itu mereka bertanya mengapa bulan sabit terlihat dari malam ke malam membesar hingga purnama, kemudian sedikit demi sedikit mengecil, hingga menghilang dari pandangan mata. Pertanyaan di atas tidak dijawab Al Quran dengan jawaban ilmiah yang dikenal oleh astronom tetapi justru jawabannya diarahkan kepada upaya memahami hikmah di balik kenyataan itu "kataknlah yang demikian itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji". (al-Baqorah: 189)

Namun demikian karena Al Quran adalah kitab petunjuk bagi kebahagiaan dunia dan akhirat maka tidak heran jika di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan guna mendukung fungsinya sebagai kitab petunjuk.

Banyak orang terjebak dalam keasalahan ketika mereka menginginkan agar Qur'an mengandung segala teori ilmiah. Setiap lahir teori baru mereka mencari dalam al-Qur'an kemungkinan ada ayatnya, lalu ayat tersebut mereka takwilkan dengan teori ilmiah teresebut.

Begitu banyak penemuan baru ilmiah di abad modern ini ternyata sudah
ditegaskan oleh Al Qur'an sejak belasan abad lampau. Dari soal Reprodusi manusia, kejadian alam semesta, pemisahan dua laut sampai rahasia warna hijau pada daun-daunan.

Oleh sebat itu, makalah ini akan membahas hal ihwal kesalahan para ahli ilmiah dalam penafsirkan al-Qur'an, kemikjizatan ilmiah dan isyarat-isyarat ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Kesalahan Para Ahli Ilmiah Dalam Penafsiran Al-Quran

Teori-teori ilmu pengetahuan itu selalu baru dan timbul sejalan dengan kemajuan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan selalu berada dalam kekurangan abadi, terkadang diliputi kekaburan dan disaat lain diliputi kesalahan. Ia akan senantiasa demikian sampai ia mendekati kebenaran dan mencapai tingkat keyakinan. Semua teori pengetahuan dimulai dengan asumsi dan hipotesis serta tunduk pada eksperimen sampai terbukti keyakinannya atau nampak jelas kepalsuan dan kesalahannya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan terancam berubah. Cukup banyak kaidah-kaidah ilmiah yang disangka orang sebagai hal yang dierima sebagai kebenaran menjadi gonjang setelah dan runtuh setelah mantap. Kemudian para peneliti mualai kembali percobaan mereka.

Orang yang menafsirkan Qur'an dengan hal-hal yang sesuai dengan masalah ilmu pengetahuan dan berusaha keras menyimpulkan daripada setiap persoalan yang muncul dalam ufuk kehidupan ilmiah, sebenarnya telah berbuat jahat terhadap al-Qur'an meskipun mereka mengira diri sendiri telah melakukan kebaikan. Sebab masalah ilmu pengetahuan itu tunduk pada hukum kemajuan yang senantiasa berubah. Bahkan terkadang runtuh dari asas-asasnya. Jika kita menafsirkan Qur'an dengan ilmu penegetahuan maka kita menghadapkan penafsirannya terhadap kebatilan jika kaidah-kaidah ilmiah itu berubah dan penemuan baru membatasi penemuan lama , atau jika suatu keyakian membatalkan hipotesa.

Qur'an adalah kitab akidah dan hidayah. Ia mnyeru hati nurani untuk menghidupkan di dalamnya faktor-faktor perkembangan dan kemajuan serta dorongan kebaikan dab keutamaan.

Kemukjizatan ilmiah al-Qur'an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia terletak pada dorongannya untuk berpikir dan mengunakan akal. Qur'an memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak mengebiri aktifitas dan kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dari penambahan ilmu pengetahuan yang dapat dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun dari kitab-kitab terdahulu memberikan jaminan demikian seperti yang diberikan Al-Qur'an.

  1. Kemukjizatan Ilmiah

Al-Qur'an menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan segala apa yang ada didalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada Allah.

Al-Qur'an mendorong kaum muslimin agar memikirkan makhluk-makhluk Allah Swt yang ada dilangit dan ada di bumi:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka" (al-Imran:190-191).

Al-Qur'an mendorong umat Islam agar memikirkan dirinya sendiri, bumi yang ditempati dan alam yang mengitarinya:

"Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan" (ar-Ruum:8).

"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?" (az-Zariyat:20-21).

"Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?" (al-Ghasiyah: 17-20)

Al-Qur'an membangkitkan pada diri setiap muslim kesadaran ilmiah untuk memikirkan, memahami, dan menggunakan akal:

"Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (al-Baqarah:219)

"dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir" (al-Hasyr:21)

"Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir" (Yunus:24)

Al-Qur'an mengangkat kedudukan orang Islam karena ilmu:

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (al-Mujadalah:11)

Al-Qur'an tidak menyamakan antara orang berilmu dengan orang yang tak berilmu:

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (az-Zumar:9)

Al-Qur'an memerintahkan umat Islam agar meminta nikmat ilmu pengetahuan kapada Tuhannya:

"Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."" (Thaha:114)

Allah Swt dalam ayat berikut mengumpulkan ilmu falak, batani, geologi, dan zologi, dan menjadikan semua sebagai pendorong rasa takut kepadanya:

"Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama" (Fatir:27-28).

Inilah Kemukjizatan Al Quran secara ilmiah yang terletak pada dorongannya kepada umat Islam untuk berfikir di samping membukakan bagi mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantap serta stabil.

  1. Isyarat-isyarat Ilmiah

1. Reproduksi Manusia

Al-Qur'an berbicara panjang lebar tentang manusia dan salah satu yang diuraikannya adalah persoalan reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang dilalui hingga tercipta sebagai manusia ciptaan Tuhan yang lain dari yang lain. berikut dikemukakan sedekit tentang ini khususnya yang berkaitan dengan tahap pembuahan atau pertemuan sperma dan Ovum. Terdapat paling tidak tiga ayat al-Qur'an yang berbicara tentang sperma antar lain Surat al-Qiyamah: 36-39

"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan".

Surah an-Najm: 45-46:

"Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. Dari air mani, apabila dipancarkan".

Dan surah al-Waqi'ah: 58-59:

"Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?".

Ayat al-Qiyamah secara tegas menyatakan bahwa nutfah merupakan bagian kecil dari mani yang dituangkan ke dalam rahim. Informasi al-Qour'an tersebut sejalan dengan penemuan ilmiah pada abad duapuluh yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovun hanya satu.

Selanjutnya ayat an-Najm diatas menginformasikan bahwa dari setetes nutfah yang memancar itu Allah menciptakan kedua jenis manusia lelaki dan perempuan. Penelitian ilmiah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma yaitu kromoson lelaki yang dilambangkan dengan huruf "y" dan kromosom perempuan yang dilamangkan dengan huruf "X" . sedangkn ovum hanya semacam yaitu dilambangkan dengan "X". apabila yang membuahi ovum adalah sperma yang memiliki kromosom Y maka anaknya laki-laki dan bila X dengan X maka anak yang dikandung adalah perempuan. Dengan demikian yang menentukan jenis kelamin adalah nutfah yang dituangkan ayah.

Ayat lain yang mengisyaratkan peranan sperma dalam menetukan jenis kelamin anak adalah firman Allah Swt Surah al-Baqarah:223:

"Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki".

Apabiala petani menanam tomat diladangnya maka jangan harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat karena ladang hanyalah menerima benih. ini berarti yang menentukan jenis tanaman yang berbuah adalah petani bukan ladangnya. Wanita atau istri oleh ayat di atas diibaratkan dengan ladang. Dengan demikian bukan wanita yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ditanam ayah di dalam rahim.

Hasil pertemuan antara sperma dan dan ovum dinamai oleh al-Qur'an nutfah amsyaj, berdasarkan Surah al-Insan:2:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani nutfah amsyaj (yang bercampur). Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat".

Pada tahun 1883 Van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu itu, dan pada tahun 1912 Morgan membuktikan peranan kromosom dalam pembentukan janin.

Menarik untuk di ketahui bahwa kata أمشاج berbentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah مشج. Sementara itu نطفة adalah bentuk tunggal dan bentuk jamaknya adalah نطف. Sepintas terlihat bahwa redaksi nutfah amsyaj tidak lurus, kerena ia berekedudukan sebagia abjektif/ sifat dari nutfah, sedangkan bahasa Arab mnyesuikan sifat dengan yang disifati. Jika feminim maka sifatnya pun demikian, dan jika tunggal sifatnya pun tunggal, serta jika jamak sifatnya juga jamak. Sedangkan amsyaj berbentuk jamak.

Apa gerang sebabnya? Kelirukah al-Qur'an? Tentu saja tidak. Pakar bahasa menyatakan bahwa jika sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal mengambil bentuk jamak, maka ia mengisyaratkan bahwa sifat tersebut mencakup seluruh bagian-bagian kecil dari yang disifati. Dalam hal nutfah maka sifat amsyaj bukan hanya bercampur dua hal sehingga mnyatu atau terlihat menyatu, tetapi percampuran itu demikian mantap sehingga mencakup seluruh bagioan dari nutfah tadi. Nutfah amsyaj itu sendiri hasil percampuran sperma dan ovum yang memiliki 46 kromosom.

Jika demikian wajar bila ayat di atas menggunakan bentuk jamak untuk mensifati nutfah yang memiliki jumlah yang bnyak dari kromosom itu. Dan informasi al-Qur'an tidak berhenti di sana. Dilanjutkan bahwa nutfah tersebut dalam proses selanjutnya menjadi علقة dengan firmannya:

"Kemudian kami jadikan nutfah itu 'alaqah" (QS al-Mu'minin)

Pakar embriologi menegaskan bahwa setelah terjadi pembuahan maka nutfah tersebut berdempet di dinding rahim, dan inilah yang dimaksud oleh al-Qur'an dengan 'alaqah.

2. Kejadian Alam Semesta

Al-Qu r'an juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan merupakan satu gumpalan melalui firmannya dalam Surah al-Ambiya: 30:

"Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?"

Al-Qur'an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan di atas tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya dibenarkan oleh observasi para ilmuwan.

Observasi Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaoan alam semesta. Ini berarti bahwa alam semesta berekspansi bukannya statis seperti dugaEistein (1879-1955).

Ekspansi itu, menurut fisikawan Rusia Geoge Gamow (1904-1968), melahirkan sekitar seratus milyar galaksi yang masing-masing rata-rata memiliki 100 miliar bintang. Tetapi sebelumnya, bila di tarik ke belakang kesemuanya merupkan satu gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpalan itukah yang meledakan dan yang di kenal dengan istilah Big Bang.

Inilah yang diisyarahkan oleh al-Qur'an dengan memerintahkan orang-orang yang tidak percaya untuk mengamati dan mempejari alam semesta yang tadinya padu itu, kemudian di pisahkan olehnya. Pengamatan tersebut diharapkan dapar mengantarkan mereka kepada keimanan akan keesaan dan kemaha kuasaan Allah Swt.

Hal menarik yang diungkapkan al-Qur'an tentang alam raya " The Expanding Universe". Sperti diketahui, alam semesta penuh dengan gugusan bintang-bintang yang disebut galaksi yang rata-rata memiliki100.000.000.000 (9seratus milyar) bintang dan berjarak jutaan tahun perjalanan cahaya dari bumi kita ini.

Salah seorang diantara iluwan yang mempelajari alam raya adalah Edwin P. Hubble, seorang sarjana di Observatorium Mount Wilson, California, Amerika Serikat. Dalam keasyikannya mempelajari itu, ia menemukan 1925 bahwa galaksi-galaksi tersebut selain berotasi juga bergerak menjauhi bumi, semakin cepatgerak tersebut sehingga ada yang memiliki kecepatan seratus ribu kilometer perdetik (lebih kurangnya sama dengan sepertiga kecepatan cahaya).

Tadinya penemuan tersebut diduga sebagai suatu kesalahan, tetapi lama kelamaan setelah ia diterama oleh banyak ilmuan, akhirya mereka menyatakan adanya apa yang dinamai "The Expanding Universe". Menurut teori ini, alam semesta bersifat seperti balon atau gelembung karet yang sedang ditiup ke segala arah. Langit yang kita lihat saat ini sebenarnya semakin tinggi dan semakin mengembang ke segala arah dengan kecepatan yang luar biasa.

Itulah antara lain yang diperintahkan oleh Al-Ghosiyah:17-18 untuk diperhatikan,

"tidakkah mereka memperhatikan bagaimana unta diciptakan dan langit ditinggikan"

Bumi kita diliputi oleh ruang angkasa atau langit. Langit ditinggikan berarti ia bergerak sedemikian rupa ke arah tegak lurus pada seluruh permukaan bumi. Dan karena itu harus mengembang ke segala arah. Demikan Al-Ghosiyah ini bertemu maknanya bahkan dipertegas oleh Adzariyat: 47

"Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskanny/mengembangkannya"

Sekali lagi kita boleh bertanya, "dari mana nabi Muhammad Saw. Mengetahui informasi di atas?" tidak ada jawaban yang paling logis, kecuali bahwa "Yang demikian itu adalah informasi yang bersumber dari Tuhan Yang menciptakan alam raya ini."

3. Turunnya Besi dari Langit

Allah berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa". (QS al-Hadid: 25)

Ayat tersebut menyinggung keberadaan besi di bumi dan keberadaannya terjadi dengan proses “diturunkan” dari langit. Hal ini mendorong kita untuk mendalami bagaimana terbentuknya besi dalam bumi.

Para ilmuwan telah meriset hal tersebut dan menemukan bahwa 98% alam semesta terbentuk dari hidrogen dan helium, yang merupakan dua unsur teringan, dan 2% sisanya terbentuk dari unsur-unsur yang lebih berat. Jumlahnya 105 unsur. Hal itu membuat para ahli berkesimpulan materi-materi yang lebih massa atomnya berat terbentuk dari materi-materi yang lebih ringan. Itu terjadi dengan proses penyatuan atom yang disertai dengan penyerapan energy yang luar biasa besar.

Para peneliti menemukan adanya bintang-bintang yang panasnya mencapai 300 sampai 400 ribu juta derajat Celsius sehingga dapat terbentuk besi di dalamnya. Ketika volume besi mencapai 50% dari total massa bintang tersebut, dan inti bintang tersebut menjadi besi seluruhnya proses pembentukan besi terhenti sama sekali. Dan ketika itu meledaklah bintang tersebut. Ketika meledak seluruh pecahan bintang tersebut terpencar ke berbagai arah. Dan dengan takdir Allah masuklah beberapa bagian itu dalam ruangan gravitasi benda-benda langit yang lain. Kita lihat hal itu terjadi pada meteor-meteor metal yang sampai ke bumi, seperti yang terjadi di selatan Sudan. Sebuah meteor seberat 90 ton jatuh di kota Joba. Dan biasanya meteor terbakar begitu bergesekan dengan atmosfir bumi. Jatuhnya 90 ton besi murni ke permukaan bumi maknanya adalah massa meteor tersebut semula jauh lebih besar berlipat-lipat kali.

Kita juga temukan meteor-meteor metalik sampai ke bumi, ke bulan, dan ke benda-benda kosmik lain. Hal itu membuat para ilmuwan berkesimpulan bahwa bumi ketika terpisah dari matahari tidak lebih dari sekumpulan debu.

Para ahli mengatakan bahwa bumi terbentuk 4,5 milyar tahun yang lalu. Dan sejak itu meteor-meteor dan komet-komet menjatuhi bumi dengan deras dan kuat sampai-sampai panas yang ditimbulkan dari benturan-benturan kuat tersebut cukup untuk melelehkan sebuah planet. Kemudian bumi mulai mendingin dan terus dingin sampai sekarang. Dan zat-zat berat yang dibawa meteor-metero tersebut seperti besi terus masuk ke dalam bumi. Sedangkan zat-zat yang lebih ringan terus naik. Seperti molekul-molekul oksigen dan air naik ke permukaan bumi. Besi membentuk lebih 35% dari volume bumi, di mana bumi terbentuk dari inti padat metalik kemudian dilingkupi oleh inti cair yang juga sebagian besarnya besi, kemudian empat la[isan yang berbeda-beda di mana basi juga memiliki prosentasi yang tinggi. Kemudian lapisan batu-batuan yang juga mengandung unsur besi yang cukup.

Kita perhatikan bahwa inti terdalam sebagian besarnya terdiri dari besi pada dalam kondisi yang padat. Sedangkan inti luar yang melapisinya terdiri dari besi plus 10% dari belerang. Dengan demikian besi merupakan unsur yang penting dalam pembentukan lapisan-lapisan bumi.

Syeikh Abdul Majid az-Zindani bertanya kepada seorang ahli astronomi NASA bernama Prof Armstrong, ”Bagaimana proses terbentuknya besi?” Prof Armstrong berkata, “Saya akan ceritakan bagaimana seluruh unsur-unsur pembentuk bumi terbentuk. Kami telah menemukan, bahkan telah kami lakukan beberapa eksperimen untuk membuktikan perkataan kami ini. Seluruh unsur-unsur yang berbeda-beda terdiri dari partikel-partikel kecil yang terbentuk dari electron, proton dan lain sebagainya. Supaya partikel-partikel tersebut dapat bersatu dalam satu atom diperlukan energy. Ketika kami kalkulasi energy yang dibutuhkan untuk pembentukan satu atom besi, kami temukan bahwa energy yang diperlukan sebanding dengan energy seluruh tata surya empat kali lipat. Dengan demikian para ilmuwan berkeyakinan bahwa besi adalah unsur yang asing datang dari luar bumi. Dan tidak terbentuk di bumi.”

Ketika beliau ditanya, “Kapan para ilmuwan menemukan kenyataan bahwa besi diturunkan ke bumi?” Beliau menjawab, “Kenyataan ini tidak diketahui dari para ilmuwan kecuali perempat terakhir dari abad ke-20. Dan tidak satupun dari para ilmuwan dan peneliti tidak buku-buku ilmu pengetahuan modern yang menyinggung hal tersebut sebelum waktu tersebut.”

Para ilmuwan fisika telah mampu membuat unsur yang berat dan unsur yang lebih ringan dan mereka dapat mengkalkulasi energi yang dibutuhkan untuk membentuk unsure-unsur tersebut. Dan mereka mendapatkan bahwa energi yang dibutuhkan untuk membentu satu atom besi adalah sejumlah empat kali energi yang terdapat dalam tata surya. Sehingga mereka memastikan bahwa besi tidak meungkin tercipta di bumi, atau bahkan dalam lingkungan tata surya. Tetapi besi hanya bisa terbentuk dalam bintang di luar tata surya, dan kemudian turun ke bumi dalam bentuk besi. (Disarikan dari buku Bayyinaatur Rasul karya Abdul Majid az-Zindani)

4. Pemisah Dua Laut

Surah Al-Furqon : 53 menjelaskan,

"Dan Dia (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan di antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi".

Ini berarti bahwa ada pemisah yang diciptakan Allah pada lokasi-lokasi tempat bertemunya laut dan sungai itu. Nah, apakah yang dimaksud dengan pemisah itu?

Secara sepintas ada yang berpendapat bahwa pemisah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah diciptakannya oleh Allah laut lebih besar dan banyak airnya dari sungai, dan pada saata yang sama di lokasi-lokasi pertemuan laut dan sungai itu, laut diciptakan dalam posisi lebih rendah dari sungai, sehingga ia tidak dapat bercampur dengan sungai, sedangkan air sungai lebih sedikit dibanding dengan air laut, maka walaupun posisinya lebih tinggi namun ia tidak dapat menjadikan air laut itu tawar dan segar.

Setelah kemajuan-kemajuan yang dicapai manusia dalam ilmu kelautan, pendapat ini ditinjau kembali, dimulai dengan perjalanan ilmiah yang dilakukan oleh sebuah kapal Inggris "Challanger" pada tahun 1872-1876 hingga penggunaan alat-alat canggih di angkasa guna penelitian dan pemotretan jarak jauh ke dasar laut. Harus diingat bahwa ketika pengetahuan tentang laut masih amat terbatas, Al-Quran telah menginformasikan bahwa Tuhan melakukan apa yang diistilahkan-Nya dengan maraja al-bahrain dan bahwa antara laut dan sungai ada barzakh dan hijran mahjuja.

Kata maraja mempunyai dua arti yaitu bercampur dan kepergian dan kepulangan, keterombang-ambingan, dan kegelisahan. Sedangkan kata hijr berarti larangan, halangan, atau penyempitan. Sementara kata mahjura berarti sesuatu yang terhalang. Jika demikian, hijran mahjura adalah suatu halangan yang menjadikan apa yang terdapat di sana (mahluk hidup) terhalang untuk dapat keluar dan hidup di dalam lokasi yang sempit (terhalang) itu dibanding dengan luasnya samudera.

Dari bunyi ayat di atas, diketahui bahwa ada sungai yang adzbun furatun. Adzb berarti tawar dan furaat berarti amat segar. Anda perhatikan bahwa ayat di atas tidak menyatakan adzbun wa furaatun (tawar dan segar) tetapi menggabungkan keduanya tanpa kata penghubung, ”dan” sehingga airnya benar-benar sangat tawar lagi segar. Ini berarti bahwa air yang tidak terlalu asin, atau tidak terlalu tawar, tidak termasuk dalam pembicaraan ayat ini.

Setiap orang dapat melihat ada air sungai yang terjun ke laut dan bila diamati terbukti bahwa air sungai itu sedikit demi sedikit berubah warna dan rasanya sejauh percampurannya dengan air laut. Dari kenyataan di atas dapat difahami bahwa ada jenis air sungai dan laut yang telah bercampur, namun tidak dinamai adzbun furaatun (tawar lagi segar) atau sebaliknya milhun ujaaj (asin yang sangat pahit). Air ini berada dalam satu lokasi yang memisahkan antara laut dan sungai, pergi pulang, terombang-ambing, sesuai dengan pasang surut laut serta melimpah dan keringnya sungai bertambah kegaramannya dan berkurang ketawarnnya bila mendekat ke laut, dan berkurang kegaramannya serta bertambah ketawarannya bila mendekat ke sungai.

Kembali kepada ayat di atas, di sana dijelaskan bahwa Allah Swt. Telah menciptakan barzakh (pemisah) yang memelihara cirri-ciri masing-masing air laut dan sungai sehingga walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat yang tinggi, cirri-ciri tersebut tetap terpelihara. Barzakh ini berfungsi menghalangi kedua ayat tersebut sehingga tidak satupun dari keduanya yang dapat menghapus sama sekali cirri-cirinya. Bagaimana yang demikian itu terjadi, dan apa yang dimaksud dengan barzakh ini?

Pada tahun 1873, para pakar ilmu kelautan dengan menggunakan kapal "Callanger" yang disinggung sebelum ini, menemukan perbedaan cirri-ciri laut dari segi kadar garam, temperature, jenis ikan dan sebagainya. Namun demikian pertanyaan yang tetap muncul adalah mengapa air tersebut tidak bercampur dan menyatu?

Jawabannya baru ditemukan pada tahun 1948 setelah penelitian yang lebih seksama menyangkut samudera. Rupanya perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas menjadikan setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentuk tertentu terpisah dengan yang lain, betapapun air mengalir jauh. Gambar-gambar dari ruang angkasa pada akhir abad ke-20 ini menunjukan dengan sangat jelas adanya batas-batas air di laut tengah yang sangat panas dan asin, dan di samuderta atlantik yang temperature airnya lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah. Batas-batas tersebut juga terlihat di laut merah dan teluk adem.

Muhammad Ibrahim As Sumaih – guru besar pada fakultas sains, jurusan kelautan Universitas Qatar – dalam penelitian yang dilakukan di teluk Oman dan teluk Persia (1984-1988), melalui sebuah kapal peneliti menemukan sebuah perbedaan rinci dengan angka-angka dan gambar-gambar pada kedua teluk tersebut. Penelitiannya menemukan adanya pada daerah antara kedua teluk itu yang dinamai "mixed water" atau daerah barzakh. Hasil penelitiannya juga menemukan adanya dua tingkat air pada area tersebut. Pertama, tingkat permukaan yang bersumber dari telulk Oman. Kedua, tingkat bawah yang bersumber dari teluk Persia. Adapun area yang jauh dari mixed water itu tingkat airnya seragam.

Garis pemisah atau barzakh yang memisahkan antara kedua mixed area tersebut berupa daya tarik stabil yang terdapat pada kedua tingkan tersebut sehingga menghalangi percampuran dan pembaurannya. Garis pemisah tersebut terdapat pada kedalaman antara 10 hingga 50 meter, kalau pertemuan air itu secara horizontal.

Itulah barzakh yang disebut dalam Al Quran surata Al Furqan 53

"Allah membiarkan dua laut (air sungai dan laut) mengalir berdampingan, yang ini tawar lagi segar dan yang itu asin lagi pahit, dan Allah menjadikan antara keduanya barzakh"

Air sungai Amazon yang mengalir deras ke laut Atlantik sampai batas 200 mil masih tetap tawar. Demikian juga mata air di teluk Persia. Ikan-ikannya sangat khas dan tidak dapat hidup kecuali di lokasinya. Itulah yang dimaksud oleh Al Quran hijan mahjuura.

Demikian rangkuman uraian Prof. Dr. Abdul Hamid Az Zanjani, yang dikemukakan pada Seminar Internasional Mukjizat Al Quran dan Sunnah yang diadakan di Bandung, September 1994.

5. Hijau Pohon

Asy Syajar Al Akhdlor menurut sementara mereka adalah zat hijau daun atau yang dikenal dengan nama klorofil. Allah menjadikan dari pohon yang hijau suatu energi. Begitu pemahaman mereka dalam surat Yasin : 80

"(Allah) yang menjadikan untuk kamu api dari kayu yang hijau, maka kamu (dapat) menyalakan (api) darinya (kayu hijau itu).

Bagaimana tumbuh-tumbuhan dapat mengandung tenaga sbagai api atau tenaga kalori ketika bahan tersebut dibakar? Jawabannya diisyaratkan oleh ayat di atas.

Dalam plasma sel tumbuh-tumbuhan terdapat zat yang dinamai chromotophone (pembawa zat warna). Bentuk dan warnanya adalah kuning, merah, jingga, dan hijau. Yang terpenting adalah yang hijau yang dikenal dengan nama "chlorophile" (zat hijau daun). Istilah tersebut sebenarnya tidak terlalu tepat karena zat di atas tidak hanya terdapat kepada daun, tetapi juga pada ranting-ranting yang muda, tegasnya pada semua bagian pohon yang hijau. Dari sini terbukti bahwa istilah yang digunakan Al Quran lebih tepat yaitu Asy Syajar Al Akhdlor yang terjemah harfiahnya adalah pohon hijau.

Klorofil terdiri dari ikatan zat-zat karbon, hydrogen, nitrogen dan magnesium. Aktifitas utama klorofil adalah menjelmakan zat organic dari zat anorganik sederhana dengan bantuan sinar matahari. Proses ini disebut fotosintesis yakni mengadakan sintesis dengan photon (cahaya). Jelasnya clorofil mengubah tenaga radiasi Matahari menjadi tenaga kimiawi melalui proses fotosintesis atau dengan kata lain menyimpan tenaga Matahari dalam tumbuh-tumbuhan berupa makanan dan bahan bakar yang nantinya akan muncul sebagai api atau tenaga kalori sewaktu terjadi pembakaran. Proses ini disebut respirasi atau menurut istilah Al Quran fa idza antum minhu tuuqiduun (maka secara serta merta tanpa campur tangan dari kamu dapat menyalakan api).

Proses fotosintesis ini ditemukan oleh seorang sarjana Belanda J. Ingenhousz, pada akahir abad ke-7. Dari mana Nabi Muhammad Saw. Mengetahui hal tersebut? tiada jawaban yang tepat kecuali berkata bahwa itulah informasi Allah.

















BAB III

PENUTUP

Demikian, Kemukjizatan Al Quran secara ilmiah ini terletak pada dorongannya kepada umat Islam untuk berfikir di samping membukakan bagi mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantap serta stabil.

Al Quran juga menjadikan pikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada allah. Oleh karena itu sudah seharusnya ilmu pengetahuanlah yang tunduk kepada Al Quran dan bukan Al Quran yang mengikuti ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan selalu berada dalam kekurangan dan diliputi kekaburan dan terkadang diliputi kesalahan.





DARTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur'an, Bandung: Mizan,2006.

Al-Qaththan, Manna Khalil, (Terjemah) Studi Ilmu-Lmu Al-Qur'an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000.