Sifat Seorang Pemimpin

METODE KEPEMIMPINAN NABI SAW
1. ucapan sama dengan perbuatan
2. konsisten dalam segala hal
3. menghargai semua umatnya/ bawahannya
4. proporsionalitas dalam tindakan
5. bertindak berdasarkan ilmu
6. punish dan reward di jalankan
7. menjadi tauladan dalam amal
8. ikhlas dalam beramal
9. fokus dalam beramal hanya untuk ridho allah
10.transfer ilmu kepada bawahan
ini artikel untuk membangun karakter….

Kepemimpinan bukanlah sekedar masalah prestise pada jabatan yang dimiliki. Bukan hanya sekedar posisi atau seberapa besar gaji yang diperoleh, dan bukan pula sekedar memiliki pengetahuan intelektual yang tinggi. Kepemimpinan adalah sebuah tindakan nyata, dan lebih merupakan hasil dari proses panjang perubahan dan pengembangan (Developmental Process) karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, membentuk karakter yang kokoh, dan ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh pada lingkungannya, serta keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukanlah sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari diri seseorang. Setiap orang mempunyai kapasitas untuk menjadi pemimpin, baik bagi dirinya, keluarganya, lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.

Kepemimpinan, menuntut suatu transformasi dari dalam (hati) dan perubahan karakter seseorang. Untuk menjadi pemimpin sejati yang mampu meraih kesuksesan diperlukan lebih dari sekedar memiliki kemampuan intelektual mengenai kepemimpinan. Harus ada keseimbangan antara kemampuan intelektual dengan kepemilikan karakter pribadi yang yang baik yang dibangun dari pengembangan kualitas kemampuan emosional dan spiritual. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin agar diterima oleh rakyat atau kelompok yang dipimpinnya. Seorang pemimpin sejati selalu mencari alternatif baru, mengembangkan problem menjadi sebuah tantangan, menganalisis suatu kondisi (SWOT ; Strenght, Weakness, Opportunity, and Treath) dan menemukan solusi kreatif, menghargai pembaharuan dan berani mencoba hal baru yang sulit, serta seorang pemimpin juga harus berpikir Divergen, yaitu berpikir kedepan, mempunyai visi dan misi yang jelas, memiliki pandangan global, selalu mencari solusi-solusi dan kemungkinan-kemungkinan yang ada (Possible Answer). Karena pemimpin bisa dikatakan adalah seorang master of possibilities, dan salesman of purpose.

Memang, seorang pemimpin harus mempunyai kredibilitas dan kapabilitas, (honesty, knowledge, skills, frame of mind etc,) karena pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (Encouvager), motivator, inspirator, dan maximizer. “Namun yang terpenting adalah, seorang pemimpin harus mempunyai Kerendahan hati”, jelas Kresnayana. Karena seorang leader yang sering mengunggulkan diri, pada umumnya lebih sering jatuh. Seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui “keberadaannya” oleh mereka yang dipimpinnya, bahkan ketika misi atau tugas selesai, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang mengerjakannya sendiri. Konsep pemikiran seperti itu mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (Honor and Prise) dari mereka yang dipimpinnya. Jadi kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang lebih didasarkan pada kerendahan hati (Humble).

Seorang leader (pemimpin) juga harus mempunyai Job Dimension, diantaranya adalah ketekunan, inisiatif, mandiri, dan bersikap “cerdas” dilapangan. Seorang pemimpin sejati justru memiliki keinginan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya. Dengan kata lain, membantu orang lain menyiapkan diri untuk masa depan mereka (Enabler). Sebagaimana pendapat John Maxwell, bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat bergantung dari kemampuan untuk membangun orang-orang disekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat bergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut (Maxwell, Developing the Leaders Around You; 200). “Pemimpin sejati adalah pemimpin yang mau mendengar. Mendengarkan setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Karena salah satu kesalahan seorang pemimpin adalah kurang mendengarkan bawahan (yang dipimpin) dan hanya meniru atasannya saja”, tambah Kresnayana. Pandanglah atasan anda sebagai seorang partner dalam mengembangkan diri. Diskusikan topik pengembangan dengannya dan jalinlah kesepahaman yang saling menguntungkan mengenai harapan dan peran, namun jangan pernah seorang pemimpin melupakan apa yang menjadi keinginan bawahannya. Leadership tidak bergantung pada kehebatan atasan, belaskasihan dan sekedar loyalitas, juga bukan karena adanya pengikut loyal saja.

Selanjutnya Kresnayana menjelaskan, seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter saja, tetapi juga harus memiliki serangkaian “metode” kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin yang mempunyai karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru kurang efektif karena tidak memiliki metode yang baik. Ada beberapa hal penting dalam metode kepemimpinan yaitu :

- Mereka yang mempunyai kekuasaan formal harus bertindak sesuai dengan nilai-nilai partisipatif.

- Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi dan misi yang jelas (frame of mind). Visi, merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk meakukan perubahan. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Seperti halnya seorang wartawan harus bersikap skeptis agar medianya terus dapat hidup. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Finzel membuat istilah SMART, yaitu cara untuk menetapkan tujuan supaya dapat menghindari diri menjadi korban akibat kesalahan dalam kepemimpinan. Tujuan harus memenuhi kriteria Specifik (Spesifik), Measureable (Terukur), Attainable (Bisa dicapai), Relevant (Relevan), dan Trackable (Bisa dirunut).

- Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap dengan setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.

- Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih dan pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (Performance Couch). Artinya dia mempunyai kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan “memampukan” anak buahnya dalam menyusun perencanaan maupun melakukan kegiatan dilapangan.

Dan yang terakhir, mengapa kita mengikuti pemimpin? Tentu karena ada rasa “percaya” dan adanya suatu keyakinan terhadap seorang pemimpin (orang yang memimpin). Oleh karena itu, janganlah sekali-kali seseorang berbuat sesuatu yang “tidak layak”, karena akan menghilangkan kepercayaan orang lain terhadapnya. Suatu kepercayaan mahal harganya. Pemimpin yang sukses adalah orang-orang yang mempunyai integritas, mampu mengendalikan diri, mampu bekerjasama dengan orang lain, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka maupun orang lain. Dan satu hal lagi, untuk mencapai hasil yang memuaskan, kita tidak harus terperangkap dalam keutamaan kita sendiri. Kerendahan hati adalah kunci untuk mengakhiri dengan baik dan menyerahkan obor kepemimpinan pada pengganti kita. Be the Best !!!